Malam ini malam minggu, bagi remaja remaja yang lain merupakan malam yang indah dengan berbagai acara apel, jalan bareng, ketemuan dan lain lain lah. Tapi tidak bagiku semenjak kekasihku meninggal dunia. Malam minggu hambar rasanya seperti malam malam lainnya hanya merasakan kesendirian tanpa kekasih.
Malam ini aku berjalan dengan langkah gontai lalu duduk di kursi panjang tepatnya di belakang rumah, ku pejamkan mataku dan berharap sedihku berkurang, air mata ku pun spontan menetes teringat pacarku yang meninggal sebulan yang lalu. Sejenak kemudian aku masih menangis terisak isak dan ku sandarkan tubuhku di kursi, namun tiba tiba hawa angin yang bertiup sepoi sepoi seakan berhenti hawa dingin mulai merasuk tubuhku, terdengar langkah langkah kaki mendekatiku. Aku pun berpaling. “Narruuttoo?” teriakku seketika itu “iya sayang ini aku” jawabnya.
Aku kini berada di antara sadar dan tidak sadar seolah olah sedang bermimpi, aku menghambur di pelukanya. “Kemana saja selama ini kau sayang, aku merindukan mu”. Kata ku terbata bata, namun ia tak menjawab tetapi tangannya yang dingin sedingin es itu mengusap air mataku yang terus meleleh aku pun direngkuhnya dalam pelukanya lagi, malam ini aku mendapatinya seperti malam terakhir kami bertemu. Anam memakai kaos abu abu dan bercelana jeans biru. Wajahnya yang berbinar sangatlah tampan dan manis kini aku merasakan nyaman di dalam pelukanya.
Tiba tiba ia mengeluarkan kotak merah dari saku celananya. “Hin ini untuk kamu, aku sangat mencintaimu walau aku sudah mati sekarang”. Katanya sambil memasukkan sebuah cincin di jari manisku. “Terimakasih anam aku juga mencintaimu sampai kapan pun” kataku gugup. Tanganya yang dingin masih menggenggam jemariku dan senyuman manisnya membuatku sangat bahagia. “Kirimkan lantunan do’a mu untukku jika kamu merindukan aku, aku pasti sangat bahagia di alamku sana”. Gumamnya sambil menunjuk ke arah langit. “Iya tentu akan kulakukan itu untukmu anam aku janji” jawabku lirih.
Malam pun kian larut tiba tiba ibu memanggilku untuk segera masuk rumah. “Hinata… sudah malam nak masuk rumah gih, udah larut ini jangan di taman terus”. “Iya bu sebentar lagi aku masuk” jawab ku. Anam pun menatap wajahku dalam dalam. “Masuklah sayangku, turuti apa kata ibu” katanya lirih. “Tttt.. tapi…” Belum sempat aku menyambung kalimat ku ia berkata lagi “Aku tau itu sudahlah kamu masuk saja”. Aku pun bangkit dari kursi itu berjalan menuju rumah, tetapi ternyata Anam mengikutiku hingga aku sampai di kamarku saat aku terbaring tiba tiba ia mencium keningku. “Aku tahu kamu tak mau kehilangan aku Hinata tapi takdir berkata lain kita harus terpisah oleh alam bebeda, tidurlah tenangkan malam mu yang indah ini sayang I LOVE YOU”. Belum sampai aku membalas ucapanya itu ia telah pergi menghilang aku pun mencoba memejamkan mataku, tetapi aku mendengar ada sebuah benda jatuh di dekatku ternyata adalah selembar kertas putih yang bertuliskan. “Aku sangat mencintaimu, walau aku tahu kita sudah berbeda dunia. Aku juga tahu kau sangat mencintai aku lebih dari apapun cinta kita memang abadi Hinata… sampai nanti aku tunggu kau di alam keabadian”. Naruto
“Aku sangat mencintaimu Naruto” gumamku dalam hati.
TAMAT